Minggu, 01 Mei 2016
Cerpen: Senandung Kampus Biru
Cerpem : Senandung Kampus Biru
Matahari terasa terik sekali di bulan Juni ini, seolah berada di negeri padang pasir, tiada awan, tiada angin berdesir, hanya panas terik menyengat. Dua orang sedang asyik mengobrol, atau lebih tepatnya satu orang yang berorasi dan satunya sebagai pendengar setia. Mereka adalah Adi dan Aldi, mereka adalah teman sebangku di kelasnya. Adi yang terkenal sangat cerewet, dan Aldi yang terkenal pendiam. Adi adalah seorang pemuda berambut klimis, berpenampilan trendi seperti artis tahun 80-an yang suka memakai celana cutbray, jenis celana yang ketat di bagian atas dan longgar bagian bawahnya.
Dia juga sering membawa minyak rambut Gatsby dalam kantung celananya dan tak lupa sisir ukuran kecil di saku belakang agar dia bisa tampil kelimis selalu, mirip dengan aktor Chow Yun Fat, pemeran Dewa J*di dalam film China. Sedangkan Aldi, adalah seorang yang pendiam tapi tempramen, berambut pendek mirip tentara. Mirip Dragon, temannya Dewa J*di dalam film tersebut yang pendiam tetapi sangat jago berkelahi. Mereka berdua sekolah di SMAN 1 Subang, sekolah yang terkenal dengan sebutan Kampus Biru. Sebutan kampus biru mengandung makna yang mendalam, yaitu karena lambang sekolah mereka berwarna biru.
SMAN 1 Subang merupakan sekolah yang elit dan cukup bergengsi, karena di situlah para siswa dan siswi berprestasi bergabung. Maka Aldi cukup beruntung diterima di sekolah itu, karena bisa dibayangkan bila dia bergabung dengan STM, maka dia akan menjadi orang yang pandai dalam “berorganisasi” mengumpulkan anak-anak ketika tawuran, dan pandai “mencari” uang dengan cara memalak anak-anak lainnya. Dan mungkin kelak dia akan menjadi penerus Hercules sebagai “Manager” di Tanah Abang.
Aldi dan Adi berasal dari kelas yang sama, yaitu kelas 3 IPA 1. Kelas tersebut dipimpin oleh wali kelas yang benama Bu Hj. Yulia, yang sekilas mirip dengan Ustadzah Neno Warisman, yang sering ceramah pada akhir acara Sinetron Hidayah, sinetron yang bercerita tentang orang-orang dzolim yang bertaubat atau mengalami akhir hayat yang tragis ketika meninggal. Saat itu sinetron tersebut sangat populer, mengalahkan rating sinetron Tersanjung 6 yang mulai ditinggalkan penonton karena sudah jenuh melihat akting Lulu Tobing selama kurang lebih 6 tahun.
Selera teman-teman Aldi di IPA 1 berbeda-beda dalam menonton acara televisi. Seperti Denih Gozali, yang sangat suka dengan film India yang sedang booming saat itu, seperti Kuch-Kuch Hota Hai dan Kabhi Kushi Kabhi Gam yang dibintangi oleh Shah Rukh Khan. Oleh karenanya dia sangat hapal lagu India, meski entah dia mengerti artinya atau tidak. Lain lagi dengan Edi, pemuda berperawakan kekar yang gemar menonton Bolang si Petualang.
Hari itu, Aldi dan Adi sedang menuju Pendopo Kabupaten, karena SMAN 1 Subang sedang mengadakan acara kelulusan, atau lebih tepatnya “SAMEN” yang dalam Bahasa Sunda artinya tidak banyak yang tahu, termasuk para siswa-siswi, hanya yang mereka tahu samen itu adalah acara kelulusan atau kenaikan kelas. Para siswa-siswi kelas 3 SMAN 1 Subang merayakan kelulusan mereka dengan mengadakan perayaan di pendopo. Nampaknya tiga tahun masa SMA mereka telah berlalu begitu cepatnya. Seolah baru kemarin mereka masih menjadi anak ingusan lulus SMP yang mengikuit Masa Orientasi Sekolah (MOS), masih segar dalam ingatan Aldi ketika mereka harus mengenakan name tag dari kardus dan dikalungkan dengan tali plastik dengan rambut cepak layaknya calon tentara yang hendak berperang. Diomeli dan dijahili senior mereka. Namun itu semua terjadi 3 tahun yang lalu, kini menjadi kenangan tersendiri bagi semua orang. Ketika Aldi dan Adi sampai di Pendopo mereka pun berkata.
“A-a-akhirnya sampai juga Al,” ucap Adi dengan raut wajah serius, raut wajah yang jarang tampak di wajahnya, karena dia merupakan komedian di kelas. Karena mulutnya yang mancung, teman-teman menjuluki dia Simon (Si Moncos). “Inilah hari terakhir masa SMA kita Di,” ucap Aldi dengan suara sedikit serak mirip dengan Ariel vokalis Peterpan. Aldi dan Adi adalah sahabat sejak lama, sejak kelas 2 SMA mereka selalu satu kelas. Entah itu merupakan azab atau ujian dari Tuhan. Karena bagi Aldi, sekelas dengan Adi seperti layaknya air dan minyak, selalu bertengkar tetapi selalu sekelas. Seolah ada chemistry yang aneh antara 2 orang pemuda itu.
“Hei Simon, Aldi! ayo ke mari, anak-anak udah nungguin di dalem!” panggil seorang gadis. Gadis tersebut bernama Rani, seorang atlet Basket wanita yang juga kelas 3 IPA 1. Dia berbadan tinggi, mirip seperti model majalah BOBO atau bintang iklan obat Combantrin yang rata-rata berbadan tinggi.
Di dalam Pendopo, nampak semua teman-teman Aldi dan Adi sudah berkumpul. Mereka membentuk lingkaran seolah sedang mengelilingi sesuatu. Ketika Aldi mendekat, ternyata mereka sedang mengambil Dodol garut yang disediakan Panitia di sebuah meja. Itu adalah Dodol garut spesial, yaitu Dodol Garut rasa Ubi Cilembu. Oleh karenanya anak-anak berebut mencoba Dodol rasa spesial tersebut. Mereka asyik mengobrol satu sama lain, karena mungkin ini adalah hari terakhir mereka bisa kumpul bersama, bercanda ria dan saling menghina karena sangat akrabnya. Karena setelah hari ini, semua orang akan mengambil jalannya masing-masing, ada yang kuliah, bekerja, menikah atau mungkin mendirikan usaha sendiri. Mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing dan tentu sangat sulit atau hampir tidak mungkin berkumpul bersama seperti saat SMA dulu.
Tak terkecuali dengan Aldi dan kawan-kawannya. Mereka asyik bicara dan saling menghina karena akrabnya. Ada yang berpelukan seperti Teletubbies, khususnya para gadis. Ada yang sambil nangis, mirip reality show termehek-mehek. Ada yang bengong karena malamnya gak tidur, begadang sama teman-teman. Ada juga yang sibuk cari makanan karena belum sarapan, seperti halnya yang dilakukan Aldi dan Adi. Dan tentunya hal yang paling penting dari semua itu, foto bareng semua teman sekelas. Meski akhirnya tidak ada yang tahu siapa yang punya data foto tersebut, sehingga tidak semua orang dapat soft copynya.
Setelah berfoto bersama, semua orang mendatangi wali kelas mereka masing-masing. Untuk salaman dan pamitan karena mereka akan meninggalkan SMAN 1, almamater tercinta mereka. Mereka akan menempuh jalan masing-masing. Masa tiga tahun di SMA selesai sudah, masa ketika mereka bolos sekolah karena takut guru olah raga yang galak, masa ketika mereka sembunyi di Mesjid menghindari razia karena lupa membawa kelengkapan sekolah. Pura-pura sakit karena tidak tahan dan pegal karena Upacara Bendera hari senin. Nongkrong di warung ketika ada guru yang tidak masuk. Razia rambut bagi pria yang rambutnya panjang. Ditolak cintanya oleh gadis yang disuka, cinta yang terpendam terhadap seseorang yang tak terungkap, Rasa kesal terhadap pacar yang selingkuh, semua Roman SMA. Itu semua selesai sudah. Semua orang bersalaman dan saling melepas rindu. Semua orang merasa terharu karena itu adalah hari perpisahan.
Tak berbeda dengan murid 3 IPA 1, Aldi, Adi, Rani, Edi, Denih, dan 36 orang lainnya. Mereka berfoto bareng dan bersalaman dengan wali kelas mereka Bu Hj. Yulia untuk yang terakhir kalinya sebagai murid beliau. Seorang Guru yang dengan sabar membimbing semua muridnya hingga mereka semua bisa lulus hari ini. Setelah acara selesai, pendopo pun kosong. Hanya tersisa kursi-kursi dan meja kosong. Entah berapa banyak sekolah yang melakukan acara perpisahan di Pendopo Subang tersebut. Seolah bangunan itu menjadi saksi hari perpisahan remaja dengan masa SMA-nya, beranjak menjadi pria atau wanita dewasa.
—
Jam sudah menunjukkan jam 11 malam, Aldi pun membuka kacamatanya sejenak setelah lelah mengerjakan semua pekerjaan kantor. Sejenak dia membuka media sosial untuk melihat status dari teman-temannya. Sekilas dia teringat akan kenangan ketika masih sekolah di Kampus Biru. Senandung memori kampus biru yang tidak terlupakan. Dia pun teringat akan teman-teman masa SMA-nya yang sekarang sudah mulai jarang berkomunikasi satu sama lain. Mereka yang dulu sangat dekat, bahkan tak segan saling menghina karena saking akrabnya. Kini, bahkan untuk menanyakan kabar saja seolah segan karena takut mengganggu.
Tapi Aldi yakin, dalam hati mereka, tetap saling merindukan satu sama lain. Hanya jarak dan kesibukan yang membuat mereka menjauh. Aldi pun sekilas ingin menuliskan sedikit catatan dalam media sosial untuk semua teman-temannya ketika SMA. Sekedar pengingat bahwa dulu mereka adalah sahabat yang sangat akrab. Tangannya pun mulai mengetik di sebuah Media Sosial dan men-tag teman-teman SMA dia dulu. Khususnya teman sekelasnya ketika kelas 3 IPA 1. Mengingat karakter mereka masing-masing. Sehingga mereka tahu, bahwa kawan mereka itu tidak melupakan bahwa mereka sahabat ketika SMA. Beginilah isi dari tulisan tersebut.
“TRIBUTE TO 3 IPA 1. Genap 11 tahun sejak lulus dari SMANSA (SMAN 1) tahun 2005, long time ago…. kebayang kita dulu pas masih SMA, semuanya masih pada imut, lugu, dan naif dengan segala mimpinya, tiba-tiba sekarang udah jadi bapak/ibu. Sekilas kebayang karakter semua teman-teman di kelas 3 IPA 1. Menyenangkan dan bangga bisa mengenal kalian. It’s an honour for me. Edi Mardiana yang badannya kekar kayak SAMSON, Budi si Jenius yang otaknya besar suaranya kecil, Wildan yang badannya kecil otaknya besar, Adi yang otaknya kecil mulutnya besar, Adit musuh bebuyutan si Adi, Rani yang mirip dengan artis (Artis Take Me Out, hehe), Novi yang fansnya Glen Fredly, Putri yang tak banyak bicara, Richie sohibnya Rani, Anya sohibnya Fitri, Fitri ya sohibnya Anya, Ahmad dedengkotnya KIR (Karya Ilmiah Remaja).”
“Entah Diana atau Diani yang masuk kelas 3 IPA 1 karena mereka berdua mirip susah bedainnya, Tri yang suaranya cukup keras, Dwi temen sebangkunya Ahmad Syifa Sidik, Efi, Evih, Gina sering dipanggil si Boss, Naluri sering digosipin sama si Nanang, Feby si Playboy (cuma julukan, aslinya mah….), Rini, Heru yang selalu tersenyum, Nanang yang sering digosipin sama Naluri, Rik-rik yang suaranya mirip boneka susan, Wendy yang mirip bu Ustadz, saya si Ketua Kelas yang Tampan, Gagah, dan Berwibawa (Diri Sendiri harus dibagus-bagusin) dan teman-teman lainnya yang mungkin gak kesebut (Ya maaf, namanya juga manusia, sering lupa, hehe).”
“Well, mungkin sulit dan hampir mustahil kumpul bareng semuanya kayak dulu lagi, tapi semoga semuanya sehat dan tetap berusaha meraih mimpinya masing-masing. It’s nice memory with you all and SEE YOU NEXT TIME GUYS!” Setelah menulis dan memposting tulisan tersebut, banyak teman ketika SMA-nya yang merespon. Mereka menumpahkan rasa rindu mereka dan ingin mengadakan reuni. Mungkin benar yang dikatakan oleh Seniman terkenal dari kampung sebelah. Abah Anom: “Kekasih hati bisa berganti dan terlupa, tapi teman akan selalu teringat selamanya.”
Cerpen Karangan: Algi Azhari
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar