Minggu, 01 Mei 2016

pembelajaran sepanjang hayat

pembelajaran sepanjang hayat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Belajar merupakan aktivitas anak (manusia) yang sangat vital. Dibandingkan dengan mahluk lain, di dunia ini tidak ada mahluk hidup yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi manusia Sebahlknya tidak ada mahkuk lain di dunia ini yang setelah dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa. Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, ide, gagasan pokok yang berlangsung dalam diri individu, dalam konsep ini belajar tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal. Pembelajaran sepanjang hayat meliputi pola formal dan informal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Berdasarkan ide tersebut konsep belajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajar berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah lanjut usia. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan merasa disaingi oleh generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan dapat memberikan sumbangan keahlian yang mereka miliki bagi kehidupan di lingkungannya. Belajar erat kaitannya dengan psikologi. Dalam hal ini, Made Pidarta mengemukakan : psikologi atau jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu sendiri adalah roh dalam mengendalikan jasmani. Karena itu jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia yang berada dan melekat dalam diri manusia itu sendiri. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani, sejak dari masa bayi, kanak-kanak dan seterusnya sampai dewasa dan masa tuĆ£. Makin besar anak itu makin berkembang pula jiwanya. Dengan melalui tahap-tahap tertentu dan akhimya anak itu mencapai kedewasaan baik dari segi kejiwaan maupun dari segi jasmani. Dalam perkembangan jiwa dan jasmani tersebut, manusia perlu belajar. Masa belajar itu bertingkat-tingkat, sejalan dengan fase-fase perkembangannya, sejak masa kanak-kanak sampai masa tua. Dan sini dapat dipahami bahwa belajar merupakan kebutuhan sebagai bekal untuk menempuh kehidupan disepanjang hayatnya. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa itu pembelajaran sepanjang hayat? 2. Apa dasar pembelajaran sepanjang hayat? 3. Apa tujuan dari pembelajaran sepanjang hayat? 4. Bagaimana karakteristik pembelajaran sepanjang hayat? 5. Apa teori dari pembelajaran sepanjang hayat? 6. Bagaimana paradigma dari pembelajaran sepanjang hayat? 7. Bagaimana kecenderungan dari pembelajaran sepanjang hayat? 8. Apa saja yang menjadi kebijakan dalam pembelajaran sepanjang hayat? 9. Apa saja program dari pembelajaran sepanjang hayat? 10. Bagaimana proses pembelajaran sepanjang hayat? C. TUJUAN 1. Memahami apa itu pembelajaran sepanjang hayat 2. Memahami dasar pembelajaran sepanjang hayat 3. Memahami tujuan dari pembelajaran sepanjang hayat 4. Memahami karakteristik pembelajaran sepanjang hayat 5. Memahami teori dari pembelajaran sepanjang hayat 6. Memahami paradigma dari pembelajaran sepanjang hayat 7. Memahami kecenderungan dari pembelajaran sepanjang hayat 8. Memahami kebijakan dalam pembelajaran sepanjang hayat 9. Memahami program dari pembelajaran sepanjang hayat 10. Memahami proses pembelajaran sepanjang hayat BAB II PEMBAHASAN A. DEFINISI PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT Menurut Linda Merricks dalam buku The Age of Learning Education and Knowledge Society, 2001 : belajar merupakan kunci untuk memperoleh kemakmuran, baik kemakmuran individu, masyarakat atau suatu bangsa secara keseluruhan, investasi dalam bentuk “human capital” akan menjadi keberhasilan dalam ekonomi global yang berpengetahuan pada abad 21. Candy and Crebert, pembelajaran sepanjang hayat berhubungan dengan proses pembelajaran dan penyesuaian dari setiap kehidupan sehari-hari. B. LATAR BELAKANG * Peter Jarvis, 2007 : pembelajaran merupakan proses berlangsung dalam diri individu dan pendidikan adalah kekuasaan sosial. * Longworth, 1991 : pembelajaran meliputi tiga hal yaitu handling information, confusion and the school, the information of society and life long learning. * UNESCO, 2005 : 1. Teknologi, komunikasi dan informasi baru telah menciptakan kondisi-kondisi baru munculnya masyarakat berpengetahuan. 2. Kemunculan masyarakat informasi global dapat membawa arah pencapaian tujuan yang lebih tinggi dan diinginkan, yakni pembangunan skala global 3. Masyarakat berpengetahuan merupakan sumber dari pembangunan untuk semua C. DASAR PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT Menurut Longworth and Davies 1. Paradigma pendidikan dan pelatihan mengubah secara cepat dalam kesuksesan yang lebih baik dan luas. 2. Kegunaan rasional secara sosial-ekonomi 3. Pembelajaran secara konkrit 4. Suatu proses pembelajaran yang berkelanjutan 5. Implikasi dari keseluruhan bagian sistem sekolah, perguruan tinggi, industri dan usaha, serta masyarakat D. KONSEP BELAJAR SEPANJANG HAYAT Konsep belajar sepanjang hayat pertama kali dikemukakan oleh Edgar Faure dari The International Council of Educational Development (ICED) atau Komisi Internasional Pembangunan Pendidikan. Ia menegaskan bahwa: With its confidence in man’s capacity to perfect himself through education, the Moslem world was among the first to recommend the idea of lifelong education, exhorting Moslem to educate themselves from cradle to the grave. Islam mewajibkan pemeluknya untuk belajar dan mengembangkan kemampuan nalarnya secara terus menerus bukan saja terhadap objek-objek di luar dirinya, tetapi juga terhadap kehidupannya sendiri baik sebagai perorangan maupun sebagai suatu komunitas. v Duke mengemukakan bahwa pendidikan dan persekolahan berkaitan dengan pemahaman umum tentang belajar, tetapi keduanya bukan hal yang sama. v Blakely mengemukakan bahwa proses pendidikan dalam pengertian yang amat luas dapat didefinisikan sebagai perubahan manusia dalam memahami dunia luar, dirinya sendiri, dan hubungan dirinya dengan orang lain serta objek-objek yang ada di lingkungannya. v Dewey mendefinisikan pendidikan sebagai rekonstruksi atau re-organisasi pengalaman, sehingga menambahkan arti pengalaman dan meningkatkan kemampuan mengarah jalan pengalaman berikutnya. v Coombs and Ahmed mengajukan pandangannya bahwa pendidikan adalah belajar dalam arti luas, tanpa melihat dimana, kapan dan bagaimana belajar itu berlangsung. Secara umum konsep belajar sepanjang hayat adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan potensi manusia (the development of human potential) Belajar sepanjang hayat mengakui bahwa setiap individu memiliki potensi belajar sekaligus menerima beberapa keterbatasan yang terkandung dalam potensi individu. Keterbatasan potensi yang dimaksud tidak didasarkan pada kapasitas biologis dan fisik semata, tetapi lebih pada kurangnya kepuasan terhadap apa yang kita bebankan atas diri kita. Kita harus berpandangan optimistis mengenai kapasitas manusia, didasarkan pada kepercayaan bahwa semua dari kita, terlepas dari latar belakang, faktor genetik, pengembangan lingkungan, kepercayaan, warna kulit atau kebangsaan, dapat membuat lompatan kuantum dalam mencapai potensi kemanusiaan. Mendukung atau dukungan mencakup beberapa hal: · Dukungan dari para profesional yang dilatih khusus, disebut konselor belajar · Sikap ramah dan simpatik kepada pembelajar baru dengan atau tanpa kesulitan belajar · Pembangunan infrastruktur belajar untuk memuaskan kebutuhan setiap orang · Penilaian yang tidak mengancam dan sistem kualifikasi yang dibutuhkan oleh pembelajar · Pribadi yang berorientasi sukses dan prosedur yang mudah dipahami untuk diarahkan menuju terpenuhinya kebutuhan setiap pembelajar. 2. Terus menerus (continously) Persediaan kesempatan belajar tersedia secara tetap dan sesuai dengan tuntutan yang diinginkan. Dalam dunia belajar sepanjang hayat permintaan akan tinggi dan berkelanjutan, tanpa melihat usia dan jenis kelamin. 3. Proses (process) Proses memperkuat ide bahwa belajar merupakan aktivitas personal yang berpusat di dalam (internal) atau tanpa dukungan lingkungan kelompok (eksternal), yang merupakan hasil holistik dan tidak terikat struktur yang ada di luar organisasinya. 4. Menstimulasi (stimulates) Stimulasi merupakan proses perangsangan yang lebih dari sekedar menyediakan layanan informasi yang dibutuhkan, akan tetapi secara aktif dan positif mempromosikan belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat, sekaligus memberikan pesan bahwa setiap orang dapat mengikuti proses belajar kapanpun, dimanapun, sesuai dengan kebutuhannya. Proses stimulasi ini harus melekat dalam sistem, dimana organisasi menginisiasi pembelajaran. 5. Memberdayakan(empowers) Memberdayakan adalah menempatkan kekuatan di tangan individu untuk mengembangkan potensi dirinya melalui belajar. Melaui belajar, individu diperkaya dan diperkuat pemahamannya mengenai konsep “knowledge is poower”. Pembelajar sepanjang hayat harus diberdayakan kapasitas dan kapabilitasnya dalam membuat keputusan, memecahkan masalah, berpikir melalui tindakan, dan menguasai kehidupannya. 6. Individu-individu (individuals) Belajar sepanjang hayat mengakui individu sebagai pihak yang mampu membuat keputusan, melakukan usaha-usaha, dan akan memperoleh manfaat dari proses belajar. 7. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan penafsiran atau interpretasi informasi yang dapat memberikan makna lebih besar dengan menempatkannya dalam sebuah kontinum belajar yang mengarah pada kebijaksanaan. 8. Nilai (values) Merupakan atribut paling penting dapat kita pelajari dari proses pendidikan. Belajar, dalam konteks sistem nilai personal dapat menciptakan sikap yang menjamin pendekatan positif bagi pengembangan potensi individu secara berkelanjutanm dan mendorong setiap orang untuk mengakui potensi yang dimilikinya. Disamping itu, organisasi, bangsa dan komunitas juga memiliki sistem nilai yang saling berkaitan. 9. Kecakapan (skills) Memungkinkan belajar untuk bisa diubah menjadi tindakan. Kecakapan dapat secara bersama-sama diterapkan dalam beragam tempat kerja atau kegiatan sosial. Pengembangan kecakapan baru juga bisa menambah kebanggaan personal dan mampu menyenangkan setiap orang dalam belajar, sekaligus membangun rasa percaya diri yang tinggi serta pandangan positif. 10. Pemahaman (understanding) Tingkat pemahaman seseorang sering diperoleh dari hasil belajar pengetahuan kecakapan aplikatif. Kondisi ini tidak dapat diperoleh tanpa adanya kebiasaaan belajar yang melekat pada diri seseorang. Sebagaimana disinggung diatas, bahwa belajar sepanjang hayat merupakan suatu gagasan atau konsep, bahkan direkomendasikan sebagai suatu konsep induk dalam upaya inovasi pendidikan. Dengan kata lain pendidikan sepanjang hayat bukanlah merupakan suatu jalur ataupun satuan dan atau program, melainkan sebagai suatu ide yang menjadi landasan pengembangan jalur ataupun satuan pendidikan. Hal ini perlu ditegaskan bahwa UUSPN NO. 20 tahun 2003 memberi arahan bahwa pendidikan nasional dilaksanakan melalui tiga jalur yaitu pendidikan formal, nonformal dan informal. Dapat diungkapkan bahwa gagasan belajar sepanjang hayat menjadi suatu motivasi atau dorongan bagi setiap individu dalam masyarakat untuk belajar secara berkesinambungan melalui pendidikan formal, nonformal dan informal. Dikemukakan Sudjana, bahwa belajar sepanjang hayat menitikberatkan pada motivasi bagi seseorang atau kelompok untuk memperoleh pengalaman belajar secara berkelanjutan, dimana pengalaman belajar tersebut ditempuh secara sadar, terprogram, dan sistematis melalui proses kegiatan belajar membelajarkan dlam rangka mencapai tujuan belajar. Seperti ditekankan Dave, bahwa pertumbuhan kejiwaan perkembangan kepribadian, pertumbuhan sosial, ekonomi dan kebudayaan, seluruhnya berlangsung terus menerus seumur hidup. Pendidikan sepanjang hayat bertumpu pada kepercayaan bahwa belajar juga terjadi sepanjang masa, walaupun dengan cara yang berbeda dan melaui proses yang tidak sama. Menurut Chen-Yeng Wang belajar sepanjang hayat adalah “to learn as long as to life” (belajar sepanjang hidup), dan “learning has no boundaris” (belajar tanpa mengenal batas). Wang menyimpulkan bahwa belajar sepanjang hayat merupakan unsur “revolusi tenang” yang berimplikasi pada perubahan dalam berbagai aspek kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Budaya belajar sepanjang hayat amat fleksibel, kreatif dan responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan masyarakat dalam kehidupannya. Menurut Geoffrey Elliot, belajar sepanjang hayat adalah semua kegiatan belajar dan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan kompetensi yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun untuk masyarakat termasuk lingkungan kerja. Dalam konteks kegiatan masyarakat sebagai bagian dari totalitas pendidikan sepanjang hayat, Claslee menyatakan bahwa seandainya semua kegiatan kehidupan dalam masyarakat menjadi wahana belajar bagi setiap warganya, maka akan dapat terwujud dengan segera suatu perubahan kehidupan yang cepat ke arah yang lebih baik. Dilihat dari cakupannya, belajar sepanjang hayat menurut Gestrelius meliputi interaksi belajar-membelajarkan, penentuan bahan belajar, metode belajar, lembaga penyelenggara pendidikan, organisasi penyelenggara, fasilitas, administrasi, dan kondisi lingkungan pendukung kegiatan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pendidikan sesungguhnya dapat berjalan dalam berbagai lingkungan kehidupan. Salah satu program pendidikan non formal yang meliputi kegiatan belajar sebaya (peer group), upaya peningkatan taraf hidup keluarga, belajar di perpustakaan, belajar dalam lingkungan kerja, lapangan usaha, lembaga-lembaga penyelenggara program pendidikan maupun dalam semua kegiatan yang ada dan berkembang di dalam masyarakat. Belajar sepanjang hayat dalam kaitannya dengan kegiatan Pendidikan Non Formal telah memberikan arah dan prinsip-prinsip dalam mengembangkan kegiatan Pendidikan Non Formal. Prinsip-prinsip tersebut meliputi: a. Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana b. Pendidikan non formal mendorong motivasi yang kuat bagi semua peserta didik untuk berperan dalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan sistematis c. Kegiatan belajar ditunjukkan untuk memperoleh , memperbaharui pengetahuan dan aspirasi yang telah dan harus dimiliki oleh peserta didik. d. Pendidikan memiliki tujuan berangkai dalam mengembangkan kepuasan diri setiap peserta didik yang menjalani kegiatan belajar. e. Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, karena pendidikan non formal mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan persekolahan. Prinsip-prinsip tersebut memunculkan ciri-ciri Pendidikan Non Formal, yaitu: a. Memberikan kesempatan pendidikan bagi setiap orang sesuai dengan minat, usia dan kebutuhan belajar masing-masing. b. Dalam menyelenggarakan pendidikannya selalu melibatkan peserta didik dimulai sejak kegiatan perencanaan, pelaksanaan, proses, hasil serta sampai pada pengaruh kegiatan belajar yang dilaksanakan tersebut. c. Memiliki tujuan sesuai dengan kebutuhan kehidupan individu yang dilaksanakan di dalam proses pendidikan. E. MAKNA BELAJAR SEPANJANG HAYAT o Menurut Ehsanur Rahman, secara historis konsep belajar sepanjang hayat tidak lepas dari proses pembangunan peradaban manusia. Perspektif belajar dari buaian sampai liang lahat (the cradle-to-grave) dikenal luas dan dipromosikan di banyak Negara. o Belajar sepanjang hayat dilihat sebagai proses yang mencakup tujuan (purposive) dan belajar langsung (directed learning). o Belajar sepanjang hayat selanjutnya mempromosikan kemandirian belajar diantara sesama anggota masyarakat sebagai parameter pembangunan sosial berkelanjutan. (Ibid, h.44) F. TUJUAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT Inti belajar sepanjang hayat adalah bahwa seluruh individu harus berkembang sesuai dengan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, pendidikan sepanjang hayat harus dipandang secara holistik mulai dalam buaian, sampai dengan akhir kehidupan. Dalam kerangka ini pendidikan dipandang sebagai pelayanan untuk membantu pengembangan personal sepanjang hayat, dalam istilah yang lebih luas yaitu “development”. Belajar sepanjang hayat memiliki tujuan menciptakan belajar untuk hidup (learning to be) dan membentuk masyarakat belajar (learning society). Ditegaskan Trisnamansyah, tujuan pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar untuk adanya perubahan melainkan pula untuk tercapainya kepuasan diri dari pihak yang melakukan belajarnya itu sendiri. Dalam perspektif yang lain disebutkan bahwa sedikitnya ada dua tujuan dari belajar sepanjang hayat termasuk didalamnya tujuan belajar mandiri atau self-learning yaitu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan positif yang terus menerus berubah dan berkembang dalam sepanjang kehidupan manusia dan masyarakat, dan untuk menyiapkan diri guna mencapai kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Belajar sepanjang hayat merupakan landasan yang kuat bagi program-program pendidikan non formal yang mengarah pada upaya untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar. Masyarakat gemar belajar dapat terwujud apabila setiap warga masyarakat selalu mencari dan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna, meningkatkan belajar. Kegiatan belajar yang dilakkukan oleh setiap warga masyarakat tidak terbatas hanya untuk mengetahui atau belajar sesuatu (learning how to learn), tidak pula belajar hanya untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kehidupan (learning how to solve problems). Kegiatan belajar yang mereka lakukan terarah untuk kepentingan dan kemajuan kehidupannya (learning how to be), belajar untuk melakukan sesuatu (learning how to do), dan belajar untuk hidup bersama (learning how to live together). Masyarakat gemar belajar (learning society) atau masyarakat berencana (planning society) atay disebut juga sebagai masyarakat inovatif (innovative society) adalah suatu masyarakat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a. Sebagian besar atau bahkan seluruh warga masyarakat aktif dan mencari informasi yang berhubungan dengan kepentingan dan kebutuhan hidupnya. b. Menemukan informasi baru melalui kegiatan membaca berbagai sumber informasi seperti buku, jurnal, surat kabar, majalah dan lain sebagainya. c. Mampu dan bisa menulis dan menyebarluaskan informasi. d. Melakukan kegiatan belajar secara sadar dan berkelanjutan. e. Sadar dan percaya bahwa belajar adalah kebutuhan dan bagian yang tidak terpisahkan dalam memelihara dan mengembangkan kehidupan ke arah yang lebih baik. G. KARAKTERISTIK BELAJAR SEPANJANG HAYAT Berkaitan dengan karakteristik belajar sepanjang hayat, UNESCO menguraikan dan mengulasnya secara jelas tulisan Dave sebagai berikut: 1. Pendidikan berakhir pada saat berakhirnya pendidikan sekolah atau formal, akan tetapi dia merupakan suatu proses sepanjang hayat. Pendidikan sepanjang hayat mencakup keseluruhan kurun waktu hidup seseorang. 2. Pendidikan sepanjang hayat tidaklah hanya terbatas pada pendidikan orang dewasa, akan tetapi dia mencakup dan membentuk satu kesatuan dari seluruh tahap pendidikan, pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah dan seterusnya, dengan demikian pendidikan sepanjang hayat memandang pendidikan sebagai totalitas. 3. Pendidikan sepanjang hayat meliputi pola-pola pendidikan formal dan nonformal kedua-duanya baik belajar yang berencana maupun yang berinsidental. Berdasarkan karakteristik konsep ini, pendidikan nonformal merupakan satu bagian integral dari pendidika keseluruhannya. Pada esensinya konsep ini meliputi keseluruhan “kontinum” situasi belajar yang merentang mulai dari belajar yang terlembagakan dan terencanakan dengan baik sampai dengan belajar yang tidak terlembagakan bersifat insidental. 4. Rumah tangga atau keluarga memainkan peranan pertama yang penting namun tersulit dan paling kritis di dalam pemrakarsaan proses belajar sepanjang hayat. Peranan ini akan berkesinambungan sepanjang keseluruhan kurun waktu kehidupan individu melalui suatu proses belajar dalam keluarga. 5. Masyarakat juga memainkan peranan yang penting dalam pendidikan sepanjang hayat, mualai dar saat anak mulai berinteraksi dengan masyarakat itu dan terus berlangsung sementara dia melakukan fungsi-fungsi pendidikannya sepanjang hayat, yang menyangkut lapangan profesional dan lapangan-lapangan kehidupan lainnya. 6. Lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah, universitas dan pusat-pusat latihan adalah penting, akan tetapi hanya sebagai salah satu saja dadri sekian banyak agen-agen pendidikan sepanajang hayat. Konsep tersebut menegaskan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan formal merupakan satu bagian saja dari keseluruhan lembaga pendidikan dan harus diintegrasikan dengan lembaga dan kegiatan pendidikan lainnya. 7. Pendidikan sepanjang hayat berusaha mencari kesinambungan dan kaitan dalam dimensi vertikal dan longitudinal dari pendidikan. 8. Pendidikan sepanjang hayat berusaha menciptakan integrasi setiap dimensi horizontal pada setiap tahap kehidupan. 9. Pendidikan sepanjang hayat memiliki sifat yang fleksibel dan bermacam ragam isi, alat dan teknik belajar dan juga dalam waktu belajar. 10. Pendidikan sepanjang hayat diisi oleh pola-pola dan bentuk-bentuk alternatif pendidikan. 11. Ada tiga persyaratan pokok untuk pendidikan sepanjang hayat yaitu kesempatan, motivasi dan educability . H. TEORI BELAJAR SEPANJANG HAYAT Diskursus tentang belajar sepanjang hayat dalam konteks kekinian erat kaitannya dengan perubahan teknologi, ekonomi dan posisi negara. Di masa mendatang dengan perubahan teknologi informasi yang begitu pesat masyarakat memiliki akses dan kesempatan yang luas untuk belajar sepanjang hayat. Kapan saja dan dimana saja, serta siapa saja dpat melakukan proses belajar tersebut. Masyarakat menjadi masyarakat belajar dan berpengetahuan. Dalam kaitan ini akan terjadi perubahan yang sangat mendasar dalam bentuk layanan pendidikan. Jika pada masa lampau layanan pendidikan dapat dimonopoli oleh pemerintah/lembaga pendidikan yang telah mapan, maka di masa depan hal tersebut tidak mungkin lagi. Di masa depan akan banyak bermunculan layanan pendidikan yang diselenggarakan oleh swasta. Teknologi informasi akan memberi kemudahan bagi masyarakat dan lembaga pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar secara individual tanpa batas waktu dan tempat. Belajar sepanjang hayat, masyarakat belajar dan masyarakat berpengetahuan memiliki makna dan spektrum yang luas. Terminologi teori belajar sepanjang hayat dideskripsikan oleh Jarvis dalam trilogi tulisannya tentang globalisasi, belajar sepanjang hayat dan masyarakat belajar. Menurut Jarvis belajar sepanjang hayat merupakan kombinasi proses dalam keseluruhan hidup seseorang baik jasmani (genetik, fisik, dan biologis) dan pikiran (pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, emosi, keyakinan dan perasaan), situasi pengalaman sosial, ide/gagasan yang kemudian ditransformasikan secara kognitif, afektif dan praktek atau melalui beberapa kombinasi transformasi, dan diintegrasikan ke dalam biografi kehidupan seseorang yang menghasilkan perubahan atau pengalaman secara berkelanjutan. Teori belajar sepanjang hayat distimulasi oleh pikiran-pikiran dari teori belajar manusia yang mengakui adanya the lifelong nature dalam suatu aktivitas belajar seseorang. Belajar merupakan proses interaksi dan relasi yang berlangsung sepanjang hidup seseorang dalam suatu konteks sosial tertentu, hingga berakhir dengan kematian. Artinya bahwa belajar merupakan suatu proses transformasi pengalaman yang dimiliki seseorang dan akan selalu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Seseorang dapat lebih menyadari tentang hal ini ketika individu belajar pada saat masih kecil, dan semua sensasi itu terasa baru karena belum mempelajari maknanya. Tetapi ketika memasuki usia dewasa individu telah belajar tentang suara, rasa dan sebagainya sehingga dapat menggunakan maknanya sebagai dasar belajar di masa yang akan datang. Secara signifikan individu kebanyakan menjalani hidup dalam situasi-situasi yang sudah dipelajari. Asumsinya adalah bahwa dunia yang kita tahu tidak banyak berubah dari satu pengalaman ke pengalaman lain yang mirip (Schutz and Luckmann), walaupun argumen trsebut masih sedikit bersifar pro dan kontra di dunia yang cepat berubah ini meskipun tidak bisa dibantah bahwa tidak semua pengetahuan berubah secara cepat. Menurut Jarvis kita memasuki keadaan disjuncture, yaitu situasi dimana ketika riwayat hidup kita dan makna yang kita berikan kepada pengalaman keadaan sosial kita tidak berjalan harmonis. Lebih lanjut Jarvis menjelaskan bahwa pembelajaran manusia lebih dari sekedar mentransformasikan rasa keseluruhan ke dalam makna pembelajaran manusia adalah proses transformasi seluruh pengalaman melalui pikiran, aksi dan emosi dengan demikian mentransformasi diri individu sendiri ketika individu terus membangun persepsi kenyataan eksternal ke dalam riwayat hidup kita. Oleh karena itu, dalam konteks kajian teori belajar sepanjang hayat merupakan suatu fenomena alamiah dalam kehidupan individu, kelompok dan masyarakat. Belajar sepanjang hayat termasuk di dalamnya self learning merupakan sesuatu kegiatan yang penting dan menentukan dalam setiap kehidupan manusia. I. PARADIGMA PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT Menurut Longword N dan Davies W K, 1996 · Influence of science and technology · Restructuring of industry · Global demographist · Influence of television and other media · Changes in the nature of work · Environmental imperactives · Focus on the individual · New global power structures J. KECENDERUNGAN PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT Menurut Longword dan Davies W K 1) Penggunaan teknologi dan teknik pendidikan yang ditingkatkan 2) Sebagaian besar penggunaan jaringan nasional dan internasional 3) Pengenmbangan kerjasama 4) Pengembangan organisasi pembelajaran dan pemberdayaan individu K. KEBIJAKAN BELAJAR SEPANJANG HAYAT UUSPN No. 20 Tahun 2002 Bab III tentang Prinsip Penyelenggaraan, Pasal 4 Ayat 3 “Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat” Bab IV Bagian Kesatu tentang Hak dan Kewajiban WNI, Pasal 5 Ayat 5 “Setiap warga negara berhak mendapat kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat” IMPLEMENTASI : European Commission, menyebutkan Three Overall Strategic objectives, is : 1) Meningkatkan kualitas dan efektivitas sistem pendidikan dan pelatihan 2) Memfasilitasi semua akses terhadap sistem pendidikan dan pelatihan, dan 3) Membuka sisitem pendidikan dan pelatihan dalam lingkup yang lebih luas Menjadi masyarakat yang berpengetahuan, menurut Manuwoto, 2005 : 1) Memiliki kemampuan akademik 2) Berpikir kritis 3) Berorientasi kepada pemecahan masalah 4) Mempunyai kemampuan untuk belajar meninggalkan pemikiran yang lama dan belajar lagi untuk hal – hal yang baru 5) Mempunyai ketrampilan pengembangan individu dan sosial (termasuk kepercayaan diri, motivasi, komitmen terhadap nilai – nilai moral dan etika, pengertian secara luas akan masyarakat dan dunia) L. PROGRAM PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT o Hatton J W 1) Competency Based Education Pendidikan berbasis kompetensi diberikannya kebutuhan untuk integrasi, konsisten, fokus penerapan, bersifat memindahkan, penemuan kepercayaan, akses daerah, contoh yang diberikan banyak dan perbedaan konteks budaya untuk suatu pelatihan. 2) Industry Coorperation Program ini merupakan program beberapa perusahaan atau industri untuk meningakatkan keterampilan para pekerja dalam rangka menaikkan produksi perusahaan/industri atau untuk memperluas wilayah kerja baru dengan membuka cabang perusahaan/industri. 3) Technology Program Praktek nyata dari program pelatihan adalah penggunaan media modern dalam lembaga – lembaga tersebut seperti penggunaan komputer, satelit komunikasi, internet, laptop dan media lainnya. Penggunaan media tersebut untuk meningkatkan kinerja pelaksananya pendidikan atau pelatihan sebagai kinerja pelaksana menjadi efektif dan efisien. M. PROSES PEMBELAJARAN SEPANJANG HAYAT 1. Keinginan/desire Adalah kecenderungan dari dalam. Knowles berpendapat, andragogi untuk pembelajaran orang dewasa, meliputi : 1) Motivasi 2) Orientasi 3) Kesiapan 4) Pengalaman 2. Kecakapan/ability Adalah pembelajaran berpikir kritis, kreatif dan bebas, mereka belajar untuk belajar, mereka belajar secara kontinyu, jika mereka mereaksi hal – hal dari luar dalam meningkatkan pengetahuan dalam mengubah dunia. 3. Peralatan, terdapat perangkat keras dan perangkat lunak. 4. Kebutuhan/needs Percepatan pertumbuhan dan kemutlakan informasi, mempunyai kecakapan yang berguna untuk keberlanjutan pembelajaran. BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Pembelajaran sepanjang hayat merupakan suatu konsep, ide, gagasan proses belajar yang berlangsung secara terus menerus dalam diri individu, kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun. Budaya belajar sepanjang hayat amat fleksibel, kreatif, dan responsif sehingga akan mampu memuaskan individu dan masyarakat dalam kehidupannya. Dengan demikian, belajar sepanjang hayat dalam implementasinya membentuk suatu kesatuan pentahapan pendidikan, sebagai suatu totalitas dari berbagai kegiatan pendidikan dan belajar yang berlangsung dilingkungan keluarga, pendidikan disekolah dan semua kegiatan yang berlangsung di tengah kehidupan masyarakat. B. SARAN 1. Sebaiknya masyarakat memperoleh pendidikan sepanjang hidupnya, tanpa mempermasalahkan keadaan ekonomi, usia, dan status sosial. 2. Jangan beranggapan bahwa pendidikan diluar pendidikan formal tidak penting ataupun tidak bermanfaat bagi keberlangsungan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar